Rabu, 27 April 2016

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM BUDAYA SAKECO SUKU SAMAWA

OLEH : NURBAITI

            Setiap daerah tentu memiliki ciri khas akan kebudayaan masing-masing baik dari segi kesenian maupun adat istidat . Salah satunya adalah budaya sakeco suku Samawa.Sakeco merupakan kesenian yang banyak di gemari oleh orang Sumbawa, alatnya berupa dua buah rabana dan di mainkan oleh dua orang seniman penabuh dengan membawa syair berbahasa sumbawa yang di namakan lawas. Alat yang di gunakan itu terbuat dari kayu kamboja (kayu jepun) yang salah satu bagiannya di tutup dengan kulit kambing yang telah di keringkan dan di ikat dengan rotan dan kawat. Sehingga Sakeco ini dijadikan sebagai salah satu hiburan dalam acara pernikahan atau khitanan (sunatan).
            Di era globalisasi ini budaya sakeco tersebut sudah hampir punah khususnya di Sumbawa Barat karena adanya musik-musik modern sehingga hampir seluruh masyarakat di Sumbawa Barat lebih mempopulerkan budaya-budaya luar dibandingankan dengan budaya masyarakat itu sendiri. Misalnya saja ketika ada acara tertentu di Sumbawa Barat seperti pernikahan, khitanan (sunatan) ataupun acara-acara lainnya kebanyakan keluarga yang mengadakan acara tersebut mengundang Band sebagai hiburannya dan budaya sendiri diabaikan. Sedangkan budaya sakeco ini juga dapat dijadikan sebagai hiburan pada acara tertentu.
Pada budaya sakeco ini terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya yakni nilai religius, nilai sosial, nilai pendidikan dan nilai ekonomi. Pertama nilai religius dapat dilihat dari budaya sakeco ini adalah setiap syair yang disampaikan oleh pelaku sakeco ini terdapat pesan-pesan berupa nasehat kepada para pendengarnya agar tetap berada di jalan yang benar.  Kedua nilai soaial , nilai ini dapat dilihat pada bahwa sakeco ini merupakan media penyampai pesan dari para utusan yang menyebarkan agama islam kepada masyarakat Sumbawa sehingga secara tidak langsung proses penyampaian tersebut terjadi interaksi sosial dalam masyarakat. Nilai yang ketiga yakni nilai pendidikan bisa terlihat budaya sakeco ini digunakan sebagai media untuk memperoleh pengetahauan tentang agama, pendidikan, kekayaan alam, parawisata daerah sehingga dengan adanya budaya sakeco ini bisa menjadi sebagai sarana pendidikan bagi para pendengarnya untuk lebih mengetahui tentang daerah Sumbawa. Nilai keempat yakni nilai ekonomi , nilai ini dapat dilihat dari sakeco yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang ini maka jika ada suatu kelurga yang akan melaksanakan hajatan, baik pernikahan maupun khitanan, biasanya pihak keluarga kalau mengundang para pemain sakeco dan tentunya dari pihak keluarga akan menyiapakan imbalan atas jasa para pemain sakeco ini. Sehingga sakeco ini bisa dijadikan sebagai bisnis bagi para pemain sakeco dan dengan imbalan yang diberikan maka akna menambah semangat para pemain sakeco serta bisa terus berkarya. Selain itu bisa pula menambah pendapatan daerah, karena banyak wisatawan baik lokal maupun interlokal yang tertarik menyaksikan sakeco sebagai suatu keseniam khas Sumbawa
Dengan demikian apapun yang menjadi kebudayaan setiap daerah tetap dilestarikan agar selalu dikenal oleh masyarakat Sumbawa khususnya dan masyarakat luas umunya serta menjadi identitas dan cirri khas itu sendiri.

Sumber Refrensi
1.    Rena diakses di http://hjirena.blogspot.co.id/2015/04/sakco-kesenian-khas-sumbawa.html tanggal 20 April 2016 pukul 16.00 WIB

2.    Wawancara via telpon dengan bapak Abdul Azis sebagai seseorang penulis syair sakeco tanggal 23 April 2016 pukul 19.00 WIB

Kamis, 14 April 2016

KRIPIK RUMPUT LAUT MEMILIKI NUTRISI YANG TINGGI BAGI KESEHATAN

OLEH : NURBAITI

Rumput laut merupakan salah satu sumber makanan yang penuh dengam nutrisi. Rumput laut juga memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Selain sebagai sumber makanan, rumput laut juga diolah untuk produk kesehatan, produk kecantikan. Keunggulan dari rumput laut ini bagi kesehatan yakni pencegahan kanker, menurunkan berat badan, Dapat mengurangi gejala penyakit hipertensi.[1]
Dalam pengolahan rumput laut menjadi kripik yang dikombinasikan dengan ubi kayu atau singkong bahan-bahan yang dipersiapkan yaitu Rumput Laut sesuai keinginan , Ubi kayu atau singkong, Tepung beras , Garam , Gula, air dan penyedap rasa. Untuk mendapat hasil yang baik harus berhati-hati dalam pembuatannya.Proses pembuatannya dapat dilihat sebagai berikut :
1.    Rumput laut basah, direndam dalam air selama 3 hari, airnya tiap hari diganti, sebelum digunakan dicuci bersih,
2.    Rumput laut ditambah air secukupnya lalu direbus hingga menjadi bubur,
3.    Ubi kayu dikupas kulitnya kemudian dipotong-potong kecil (3-5cm)
4.    Dicuci bersih sampai cair lendir terbuang lalu direbus sampai matang (bagian tengah ubi menjadi lunak)
5.     Ubi kayu ditumbuk dan dipipihkan hingga halus
6.    Singkong atau ubi kayu yang ditumbuk dipipihkan sebanyak 3 kali atau sampai halus
7.    Tepung beras dicampur dengan garam dan gula pasir dicampur dengan adonan rumput laut ,diaduk sampai merata lalu dikukus
8.    Adonan rumput laut  yang sudah dikukus dicampurkan dengan ubi kayu  dan dipipihkan
9.    Tepung beras dicampur dengan garam dan gula pasir dicampur dengan adonan rumput laut , diaduk sampai merata lalu dikukus
10.    Adonan rumput laut  yang sudah dikukus dicampurkan dengan ubi kayu dan dipipihkan
11.    Adonan  dicetak dan dijemur selama 2 hari kemudian adonan yang kering digoreng dengan api yang sedang dan ditiriskan
12.    Proses terakhir dicampur dengan bumbu dan dikemas dalam kemasan.

Dengan demikian rumput laut yang diolah tersebut memiliki nutrisi yang tinggi terutama pada rumput laut yang baik untuk kesehatan seseorang. Baik juga dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari agar sehat selalu.

SUMBER :

  1. Ikm Sumbawa diakses pada http://tpl-ikmsumbawa.blogspot.com/2011/11/aneka-olahan-rumput-laut.html. tanggal 12 April 2016 pukul 16.00 WIB
  2. Ibu Anis pengusaha dodol rumput laut di Lombok 

Jumat, 08 April 2016

PENTINGNYA MEMPERTAHANKAN NILAI -NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU SAMAWA YANG MULAI MEMUDAR MELALUI EKTRAKURIKULER

OLEH : NURBAITI


Sebagai sebuah suku yang memiliki bahasa dan budaya tersendiri ,suku samawa merupakan suku mayoritas di Sumbawa Barat memiliki corak kehidupan yang unik. Pada kebudayaan Sumbawa hampir disemua interaksi sosial diisi dengan kegiatan berkesenian ,acara perkawinan, acara silaturahmi, acara agama (sunatan), saat orang tua menasehati anaknya saat tidur hampir semuanya bernilai seni. Uniknya lagi kesenian-kesenian tersebut terdapat nilai pendidikan karakternya yang dapat membangun warga masyarakat suku samawa di Sumbawa Barat memiliki kepribadian yang baik.
Dilihat bahwa Nilai-nilai karakter yang ditanamkan oleh orang tua pada masyarakat Sumbawa jarang diungkapkan langsung untuk mendapatkan tujuan tertentu. Kebanyakan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan terselip secara tida langsung pada ungkapan-ungkapan verbal ataupun tulisan yang akan diungkapkan. Cara-cara penyampain nilai karakter dalam budaya Samawa yakni melalui ama, lawas, pasatotang tau loka ,panan, tuter. Ama adalah peribahasa dalam bahasa Sumbawa yang dapat berisi petiuah, nasehat dan pelajaran bagi yang mendengarkannya salah satu contohnya pariri lema bariri yang artinya bahwa atur, biar teratur . artinya bahwa segala sesuatu yang masih beratakan harus ditata rapi agar bisa teratur. Begitu pula pasatotang tau loka ini merupakan nasehat yang diberikan oleh orang tua kepada yang muda dalam bentuk larangan agar setiap tindakan yang dilakukan oleh muda-mudi Sumbawa barat tidak melanggar dari pasatotang tau loka ini.
Di lihat era globalisasi ini nilai-nilai yang ada dalam budaya suku samawa yang cara penyampaiannya sudah dilakukan berbagai bentuk penyampaian hanya dianggap sebagai hiasan saja tanpa melihat makna yang terkandung didalamnya. Sehingga hal tersebut sangat berdampak pada kehidupan muda-mudi dalam berinteraksi di masyarakat. Misalnya saja individu yang tidak perna tau nilai-nilai yang ada dalam budayanya sendiri tentu akan melakukan prilaku tidak sesuai dengan harapan masyarakatnya. Hal ini akan berakibat pada mulai memudarnya budaya kearifan lokal suku samawa jika tidak dilestarikan dan dikembangkan dengan baik. Kemungkinan penyebab adalah kurangnya kesadaran masyarakat suku samawa terutama muda-mudi yang tidak tahu akan nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal yang dimilikinya sendiri dan tidak peduli terhadap budaya yang dianutnya.
Dengan melihat permasalahan tersebut perlunya perhatian semua pihak salah satunya di sekolah difasilitasi dalam kegiatan Ektrakurikuler yakni diselenggarakan kegiatan kesenian yang bisa meningkatkan niali-nilai kearifan lokal yang ada di suku samawa yakni perlombaan pentas seni budaya suku samawa agar muda-mudi bisa juga berpartisipasi dalam pentas yang diselenggarakan tersebut. Sehingga ada kemungkinan adanya ketertarikan muda-mudi sebagai generasi penerus untuk mengetahui kearifan lokal yang dimilikinya dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya untuk mengurangi pudarnya budaya yang dimiliki.



Sumber Refrensi